Nama Resmi
|
:
|
Kabupaten
Ende
|
Ibukota
|
:
|
Ende
|
Provinsi
|
:
|
NUSA TENGGARA TIMUR
|
Baras Wilayah
|
:
|
Utara: Laut Flores
Selatan: Laut Sawu Barat: Kabupatan Ngada Timur: Kabupaten Sikka |
Luas Wilayah
|
:
|
2.046,50 Km2
|
Jumlah Penduduk
|
:
|
157.199 Jiwa |
Wilayah
Administrasi
|
:
|
Kecamatan: 21, Kelurahan
: 24, Desa : 191 |
Website
|
:
|
http://www.endekab.go.id
(Permendagri
No.66 Tahun 2011)
|
Sejarah
ASAL MULA BERDIRINYA
KOTA ENDE
Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat
menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak
sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah
memberikan jawaban atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan.
Mythos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah,
agar dua sumber ini Bantu- membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik.
I. Segi Mythos
Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur pra
sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti
ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende
“ dan karangan Van Suchtelen tentang
onderafdeling Ende.
S.Roos membicarakan
antara lain masalah berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M.
Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling Endemengemukan
mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa.
Perbedaan antara S.Roos dan van Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos
(Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan mythos Van Suchtelen diceritakan
dengan diperinci.
S.ROOS Tentang Nua Ende ,Tana Ende
Walaupun tidak diperinci namun ceritera yang
dikemukan Roos amat berharga. Diceriterakan kepadanya tahun 1872 bahwa
kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit, Ambu Roru
lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita
dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain
melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do
Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto
Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk
disana, untuk menangkap ikan.Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka
makan ditempat dan yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang
tuan tanah Ambu Nggo`be yang diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan
persahabatan.
Ambu Nggo`be mengajak orang-orang itu
meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta
milik dapat diboyong kemudian.Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka
harus bayar, satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih
disimpan Kai Kembe seorang
turunan lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka
menebang pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian
diganti dengan nama Nua Ende.
Terjadi kawin mawin antara penduduk asal pulau
Ende dan penduduk asli. Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera Ambu
Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang seorang lelaki dari Modjopahit dengan
mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende dan kawin dengan wanita
anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina berdiam di Ende dan
kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu ( Sic
Bapak Kapitan Nggo`be ).
Dari ceritera ini dapat disimpulkan bahwa Nua
Ende dimulaikan oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau Ende dan
bantuan orang Majapahit serta orang Cina. Pengambil inisiatip dan penanggung jawabannya
ialah Ambu Nggo`be sebagai tuan tanah besar.
B.B.C.M. Van suchtelen
tentang Ende dan tana Ende.
Tiga dongeng berikut ini lebih terperinci yakni
dongeng Dori Woi, Kuraro dan Jari Jawa.
A. Mythos Dori Woi
Atas kebaikan Dori Woi, Sanga Kula menjadi
penduduk pertama Pulau Ende. Karena tidak mempunyai anak ia jadikan Raja Redo
anak angkat. Redopun tidak mempunyai anak sehingga Ambu Roru dijadikan anak
angkatnya. Ambu Roru kawin dengan Puteri Nuru Laila ( Nur Laila) asal daun
lontar dan mendapat dua anak wanita, Ambu Mo’do dan Peteri Samasa. Puteri
Samasa berangkat ke langit dan menghilang. Tetapi ia turun lagi ke Luwu, lalu
kawin dengan seorang putera Luwu. Mereka ini menurunkan raja-raja Luwu di
Sulawesi. Ambu Modo kawin ambu nggo’be dari Onewitu. Seorang puera mereka Mosa
Pid kawin dengan wanita Sumba kemudian dengan wanita Nggela. Dari perkawinan
ini dilahirkan dua puteri Soru dan Toni.
Soru kawin dengan Lesu Bata dari Sikka( teks asli
Lika) dan menurunkan raja-raja Sikka. Toni kawin dengan Ambu Jua dari
Ambutonda, menurunkan raja-raja Ende. Jelas dari dongeng Dori Woi bahwa ia
penurun turunan raja-raja tetapi melalui Ambu Nggo’be. Ambu Nggo’be kawin juga
dengan wanita dari Sikka bernama Sodong ( sic Bapak Kapitan Nggo’be). Dari
cerita ini dapat dilihat bahwa berbagai orang turut membangun Nua Ende. Tetapi
pengambil inisiatip dan penanggung jawabnya adalah tuan tanah yaitu Ambu
Nggo’be.
B. Kuraro dan Nua Ende, Tana Ende
Seorang puteri Tonggo hamil dari kerbau putih.
Ketika ayahnya mau membunuh kerbau ia halang-halangi karena kerbau putih itu
suaminya. Ayah marah dan menolak dia dari gunung ke lembah. Dari peristiwa ini
perempuan itu disebut Ambu Kora. Ia lahirkan puteranya Raro. Mereka berpindah
ke Pulau Ende lalu tinggal dengan Sugi Mbo, Mosa Pio. Dalam perang dengan Numba
mereka bantu Barai lawan Numba. Ketika Numba dan Barai bersatu lagi mereka
terpaksa meminta tanah tempat kediaman kepada Embe Nggo’be dari Detu Kou. Tanah
yang diberikan dibagi oleh Mosa Pio ialah Kora dan Raro mendapat Kuraro serta Sugi
Mbo dan Mosa Pio mendapat yang sisa dimana mereka mendirikan Nua Ende. Pun
cerita ini menjelaskan bahwa berbagai orang turut dalam meletakkan dasar bagi
Nua Ende tetapi penanggung jawab resmi dan terutama ialah tuan rumah Ambu
Nggo’be yang realisasinya memanfaatkan berbagai tenaga sahabat.
KESIMPULAN MYTHOS S. ROOS DAN VAN SUCHTELEN
Dari cerita donggeng-donggeng ternyata peranan
Ambu Nggo’be menentukan, karena mempunyai kedudukan sebagai tuan tanah besar.
Jadi usaha membangunkan Nua Ende ada suatu usaha menurut rencana Ambu Nggo’be.
Dasar Nua Ende ini dalam perkembangannya sejarah meningkat menjadi Kota Ende.
Dalam kegiatan membangun Kota Ende, Ambu Nggo’be memanfaatkan berbagai tenaga
antara lain Ambu Roru, Sugi Mbo, Mosa Pio, Jari Jawa, Maga Rinu. Dua tenaga
akhir adalah tenaga Jawa Majapahit dan tenaga Cina karang kapal. Jadi jawaban
mythos terhadap pertanyaan siapa yang mendirikan kota Ende ialah Ambu Ngoo’be,
cs Nua Ende di zaman Ambu Nggo’be adalah kota Ende in making.
Cacatan.
- S. Roos 1872. Tanah Ende terdiri dari satu negeri besar didataran pesisir. Batas-batasnya : Barat teluk Ende, Timur teluk Ipi, Utara gunung-gunung Ende, Selatan Gunug Meja, Roja, Ia serta Tanjung Ia yang menceraikan teluk Ipi dari teluk Ende.
- Nua Ende terletak menyusur pantai. Tak terlihat dari pantai sebab ditutup duri perang (cactus). Jalan-jalannya sempit berduri perang juga. Nua Ende terbagi atas lingkungan – lingkungan :
Ai Wani Sapu – Ai Wani –Ai Wani Tonda- Ndao-
Emburima.Wani Wona – Embu Gaga – One Kota.Potu – Aembonga- Pemo.Manubara-
Koposawu – Ambu Tonda.Ambu Wona – Ambu Dai – One Witu.Kuraro – Kerimando –
Reko.
- Penduduk Ende itu penduduk campuran dengan orang Sumba, Bima/Sumbawa, Pijo, Makasar. Pengaruh Makasar nampak jelas, pun dalam berpakian pengaruh Makasar itu nampak sekali.
II. Segi
Sejarah
Dr. G. P. Rouffare tandaskan : sumber Eropah
terbaik untuk mengenal pulau-pulau dikawasan Timur Nusantara ialah Kisah
Pelajaran Pigafeta. Ia turut pelayaran mengelilingi dunia 1519 / 1522,
dikepalai oleh Fernao de Magalhaes. Setelah gugur 27 April 1521 di Matan dekat
Zebu-Filipina, Yuan Sebastian de Elcano mengambil alih pimpinan. Dari lima
kapal yang turut hanya satu kapal yang selamat yaitu kapal Victoria. Pencatat
peristiwa harian yang tertib dalam pelayaran ialah Pigafeta. Dalam mengusut
unsure histories dimanfaatkan buku karangan C. C. E. M. Lerouc, berjudul : De
Elcanos tocht door den Timor – archipel met Magalhael ship Victoria. Buku ini
diterbitkan di Weltevreden 1928. beberapa fakta yang berhubungan dengan Ende
akan digencet dengan teliti.
Kutipan halaman 46 dst.
Judul dari sub bab : pemberitaan Pigafeta
mengenai deretan pulau antara Timor dan Jawa. Teks asli berbahasa Spanyol, teks
Belanda diterjemahkan Leroux, teks Indonesia oleh Pater Piet Petu.
“ dikatakan kepada kami (demikian Pigafeta) bahwa
satu hari pelayaran dari sini ( Timor) dengan mengambil arah barat laut, akan
kami temukan satu pulau dimana terhadap kayu manis (canella), dan pulau itu
disebut Ende. Penduduknya kafir dan belum mempunyai raja. Disebutkan juga pulau-pulau
yang terletak diantara Timor dan Jawa sampai Malaka : Ende, Tana Butun, Creueo,
Chile, Bimakore, Aranaran, Mani, Sumbawa, Lomboch, Chorum, Java Major.”
Catatan dibuat ketika kapal Victoria berada di
Atapupu (Atafufuz), antara Maubara dan Batu Gade 25 / 26 Januari 1522. Jadi
mereka ada dalam pelayaran dari Timor menuju Jawa mengarungi laut Chidul.
NEGARA KERTAGAMA 1357
Sumber ini menceritakan perebutan wilayah oleh
Majapahit dikawasan Timur Nusantara untuk mengalahkan Domp. Sumber ini tidak
menyebut nama Ende. Tetapi satu sumber lain historis of Java Majapahit ( Vol II
edisi 4 London 1817, hal. 121)
Pemberitaan itu dikutip Rafles dari manuskrip
Natakoesoema mengenai kawasan Timur Nusantara : Sumenep, Bali.
Di tulis dalam manuskrip itu bahwa Ende adalah
jajahan Majapahit direbut oleh Andya Ninggrat atau Ratu Pengging.
Route pelayaran 1357, melalui Larantuka, Solor
menuju Laut Sawu mengunjugi pulau-pulau ; Timor, Ende atau Flores, Sumba,
Bima mungkin juga Sabu (dimana terdapat kerajaan Majupai. Hubungkanlah
peristiwa ini dengan myhthos Jari Jawa di Ende). Ceritera expedisi Majapahit
disebut dalam Mythos yang dapat mempunyai dasar histories sehingga merupakan
fakta-fakta yang didonggengkan. Atas dasar ini Natakoesoema menyebut Ende itu
jajahan Majapahit sehingga dimanfaatkan Raflles dalam menyusun bukunya The
history of Java.
Mendahului penerbitan buku, History of Java 1872,
Pigafeta duluan menyebut Ende sebagai pulau penghasil kayu manis : 25/26
Januari 1522.
“ Arah Barat Barat Laut terdapat kayu manis
dipegunungan (pemisah) yang memanjang diseluruh pulau, terutama Ende Utara dan
Manggarai. Kayu manis itu adalah produk biasa disana”.
Dengan nama “ pulau kayu manis “ Pigafeta maksud
di Pulau Besar bukan Pulau Ende kecil itu. Berdasarkan alasan bahwa pulau besar
ini oleh Pigafeta disebut Ende, maka harus ada dasar yang benar ialah Nua Ende
atau Tana Ende sudah ada mendahului pemberitaan Pigafeta.
Pada catatan kaki 2 terdapat kutipan C. C. F. M.
Leroux dari buku P. A. van Tiele 1886 berjudul : Timbulnya kekuasaan Belanda di
Hindia Timur. Halaman 19. Van Tiele mengutipnya dari surat Apollonius Scotte,
tentang perebutan pulau Solor 1613.
“ Dari penduduk yang masuk kekuasaan kita (VOC)
termasuk juga YNDE( Ende ) dan Galliau (kayian).”
Dikutip juga oleh van Tiele Mai 1614 bahwa
tempat-tempat berdagang yang bertetangga dengan Solor di selatan ialah : Inde
(Ende) Cicka (Sikka) dan Bajou (Bajo = Maumere ) dan Galliou ( Kayian) di
utara.
Unsur Hindu Jawa di
Ende 1357 (?) (kutipan halaman 41)
Pengaruh Majapahit disiratkan dalam donggeng yang
tak jelas. Jari Jawa sudah datang dari Jawa mengendarai seekor ikan paus
(ngambu). Ia menjadi raja I di Ende. Berita ini harus digencet dengan teliti
dan kritis. Alasannya ialah karena pemberitaan Pigafeta tanggal 25/26 Januari
1522 mengatakan belum ada raja. Jadi ceritera Jari Jawa sebagai Raja I di Ende
itu adalah ceritera belakangan, yakni sesudah 25/26 Januari 1522.
Dongeng yang dibawakan di Wolomari Ende Utara
mengatakan, penduduk pertama Ende berasal dari Majapahit (lelaki, wanita,
anak-anak). Ceritera ini harus diartikan dengan kritis karena tidak ada
tanda-tanda transmigrasi penduduk Majapahit ke Ende. Ceritera yang historis
mengatakan bahwa terjadi ekspedisi militer tahun 1357.
Unsur Cina di Ende
Ceritera seorang Cina yang menderita karam kapal
dan diselamatkan di Ende dan kemudian menetap dan kawin disana (sie Roos) perlu
diteliti dengan hati-hati. Nama orang Cina itu (sie Bapak Kapitan Nggo’be)
ialah Maga Rinu.
Turunannya mungkin ada di Ambugaga.
Tetapi menurut sejarah sumber Tionghoa
membicarakan hanya pulau Timor sebagai pulau penghasil kayu cendana yang
digemari.
Dalam abad ke X pulau Timor belum dikenal dalam
pemberitaan tua Cina. Waktu itu kayu cendana disebut santulum sebagai produk
Pulau Jawa. Dikatakan juga bahwa produk ini hampir punah karena terlampau
banyak digunakan untuk membuat ukiran-ukiran kayu dan untuk hulu keris.
Pemberitaan lebih kemudian dari Tiongkok tahun1300 menyebutkan Pulau Timor itu
Ti-wu. Pemberitaan oleh Chau Ju Kua dalam karangannya bernama Chu-fauchi
membahas tetang kayu cendana di Timor, bahwa pulau ini takluk kepada kepada
Jawa yang disebut cho-p’o.
Tentang pulau Borneo dikatakan terletak dekat
Ti-mon (Ti-mor ) dan pulau Borneo mereka sebut Po-ni.
Tetapi berita tua dari Cina tentang Ende tidak
ditemukan dalam sumber-sumber tua misalnya Pigafeta.
BEBERAPA PERTANYAAN
- Benarkah Ambu Nggo’be tuan tanah besar ? Manakah bukti-buktinya ?
- Benarkah Ambu Roru membeli tanah dari ambu Nggo’be ?
Siapa mewarisi gading dan rantai mas harga tanah
itu ?
- Benarkah ada hubungan keluarga antara raja-raja Ende dengan raja-raja Sikka dan raja-raja Luwu di Sulawesi
- Benarkah sejak ambu Roru mulai ada pengaruh Islam ?
Apa arti nama isteri
Ambu Roru puteri Nuru Laila ?
- Dapatkah Saudara benarkah pendapat bahwa Ambu Nggo’be itu pendasar Nua Ende yang kini meningkat menjadi kota Ende
- Benarkah Ambu Nggo’be kawin dengan Ambu Modo dari Pulau Ende dan dengan Sodong dari Sikka.
- Dapatkah Saudara benarkan, turunan Jari Jawa masih ada di Ende ?
- Benarkah dari awal timbul Nua Ende ada unsur Cina yang turut membangunnya ?
- Dapatkah Saudara benarkan bahwa kerajaan Ende itu enklave dalam kerajaan Sikka ? Pendapat siapa Saudara anut ?
- Dari mana wanita Ende belajar seni tenun dan seni ikat ?
- Adakah terdapat jenis sarung (lawo) yang asli di Ende, dan sebutkanlah beberapa nama.
- Adakah terdapat sarung Ende yang disebut lawo sinde sesuai dengan peribahasa sita solo sinde sibolo
- Keluarga mana di Ende masih mempunyai kain Tjinde yang orsinil ?
- Dari mana menurut Saudara asal nama Ende itu ?
- Adakah cara berpakaian dan berhias orang Ende itu cara Makasar atau cara asli ?
- Nama nenek moyang mana disebutkan kalau petani melakukan upacara todo dan paki tana ?
- Nama siapa disebut kalau nelayan mengayunkan jala untuk menangkap ikan.
- Benarkah orang Roja itu turunan Roma ? manakah alasan sejarah yang membenarkan pendapat ini ?
- Bagaimana hubungan antara orang Roja dan Orang Kua (Palue)?
- Benarkah Nua Ende mula-mula disebut Nua Roja ?
- Mengapa sampai disebut Nua Ende, Tana Ende ? Siapa yang menggalangnya ?
- Dapatkah Saudara benarkan pendapat ini bahwa sejak Nua Ende didirikan atas inisiatif Ambu nggo’be, sudah terdapat Kota Ende in making ?
- Adakah cukup alasan menjadikan tahun 1357 tahun sejarah bagi Nua Ende, Tana Ende, Kota Ende ?
- Saudara yakin ada alasan menerima tahun 1522 tanggal 25 / 26 Januari sebagai tahun kelahiran bagi Ende ?
- Dapatkah Saudara benarkan bahwa pertemuan Ambu Nggo’be dan Jari Jawa itu menjadi alasan untuk menyimpulkan bahwa sejak tahun 1357 Ende masuk jajahan Majapahit ?
- Adakah Saudara giat mencari data-data guna memberikan jawaban atas pertanyaan : oleh siapa dan kapan Kota Ende dimulaikan ?
Ende, 15 Nopember 1974
Penyusun ,
( Pater Piet Petu, SVD
)
Arti Logo
Lambang Daerah Tingkat II Ende berbentuk
perisai bersisi lima yang mengandung arti sebagai berikut :
- Perisai melambangkan alat perlindungan rakyat;
- Sisi lima melambangkan Pancasila sebagai dasar negara.
Warna dan Isi Lambang
Warna lambang terdiri dari warna merah,
kuning, hitam, dan biru yang diambil dari warna kain tenun rakyat Ende-Lio yang
mencerminkan ciri khas kebudayaan rakyat Daerah Tingkat II Ende yang mempunyai
arti sebagai berikut :
- Merah melambangkan keberanian;
- Kuning melambangkan keagungan, kekayaan dan kemuliaan;
- Hitam melambangkan siap demi cita-cita yang luhur serta teguh dan abadi;
- Biru melambangkan kerukunan, kesetiaan di dalam kekeluargaan.
Arti Gambar dalam Lambang
Lambang Daerah Tingkat II Ende berisi :
- Lukisan bintang yang berwarna kuning keemasan yang melambangkan keagungan dan kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta, yang memberi hidup dan menyinari kehidupan manusia pada umumnya, khususnya rakyat Daerah Tingkat II Ende;
- Di bawah lukisan bintang tertulis dengan huruf latin "DAERAH TINGKAT II ENDE";
- Rantai yang melingkari lukisan danau Kelimutu melambangkan ikatan kerukunan dan kekeluargaan yang hidup dikalangan rakyat Daerah Tingkat II Ende;
- Danau Kelimutu adalah satu-satunya keindahan alam di Dunia yang hanya terdapat di Daerah Tingkat II Ende, melambangkan keagungan, kemegahan, dan ketenangan hidup rakyatnya dengan tabah dan penuh semangat membangun daerahnya sepanjang masa;
- Lukisan padi dan kapas yang terdapat di bawah lukisan danau Kelimutu mengandung arti tujuan kesejahteraan material dan spiritual rakyat Daerah Tingakat II Ende. 14 butir padi dan 12 buah kapas melambangkan 14 Desember, tanggal dan bulan berdirinya Daerah Tingkat II Ende, sedangkan angka 1958 yang terletak di bawah lukisan pohon beringin melambangkan tahun berdirinya Daerah Tingkat II Ende.
- Lukisan pohon beringin yang terletak di bawah lukisan padi dan kapas melambangkan persatuan dan kesatuan.
- Empat corak garis yang melintang sebagai dari lukisan waran dasar lambang ini, yang memberi perisai atau lima bagian, melambangkan rencana pembangunan lima tahun yang terus menerus untuk mencapai cita-cita bangsa seperti yang termaktub dalam sila ke lima dari Pancasial.
Nilai Budaya
DANAU TIGA
WARNA-KEAJAIBAN DUNIA-DI PULAU FLORES
Lokasi obyek : Kecamatan Kelimutu-Desa
Woloara
B U M I Kabupaten Ende yang
berbukit-bukit menyimpan keindahan luar biasa. Di sanalah, di puncak Gunung
Kelimutu, di kawasan Taman Nasional Kelimutu, terdapat Danau Kelimutu atau
Danau Tiga Warna. Bahkan, danau ini oleh dunia disebut sebagai salah satu dari
sembilan keajaiban dunia. Sebuah penghargaan yang membanggakan.Awal mulanya
daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915.
Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun
1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal
angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta
keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka
itu.
Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi
Kawasan Koservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
Gunung
Kelimutu adalah Gunung yang memiliki tinggi 1.640 meter di atas permukaan laut
(dapl), memiliki tiga buah kepundan di puncaknya yang disebut Danau Kelimutu.
Ketiga
danau Kelimutu ini memiliki warna air yang berbeda-beda dan berubah tiap saat.
Dari warna merah menjadi hijau tua kemudian merah hati. Kadang
menjadi warna cokelat
kehitaman dan biru.
Luas
ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta
meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor.
Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian
dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.
Gunung
Kelimutu meletus terakhir pada 1886 dan meninggalkan tiga kawah berbentuk danau
yang airnya berwarna merah (tiwu ata polo), biru (tiwu ko'o fai nuwa muri), dan
putih (tiwu ata bupu). Ketiga warna ini mulai berubah sejak 1969 saat
meletusnya Gunung Iya di Ende, dan perubahan warna itu pernah serupa.
Menurut
kepercayaan masyarakat setempat, danau dengan air warna merah merupakan tempat
berkumpulnya para arwah dari berbagai belahan bumi. Danau dengan air merah adalah tempat
berkumpulnya arwah orang jahat, danau
biru untuk para pemuda-pemudi, dan danau putih untuk orang
tua.
"Para
arwah akan bermukim di ketiga danau itu sesuai status sosialnya,"
pengakuan salah seorang staf Dinas Pariwisata Kab.Ende yakni Djafar Sidiq yang
tahu persis tentang Kelimutu.
Dalam
perjalanan menuju Kelimutu, pengunjung bisa menikmati pemandangan flora dan
fauna yang jarang dijumpai di tempat lain seperti cemara gunung, kayu merah,
edelweis, landak, babi hutan, tikus besar, dan burung gerugiwa.
Pemandangan
menakjubkan juga dapat Anda lihat seperti kegiatan solfatara yang terus
mengepulkan uap dan dinding kawah yang berwarna kuning. Bila melemparkan
pandangan ke bagian timur saat mencapai puncak danau berwarna merah, sebuah
bukit terlihat menjulang berbentuk bundar. Itulah Buu Ria, lokasi paling tinggi
di Gunung Kelimutu.
Menurut Djafar Sidiq, waktu kunjungan terbaik ke
Danau Kelimutu adalah pada Bulan Juli sampai September karena pada bulan-bulan
itu, puncak kawah cerah pada pagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar